Musisi dan Band dengan Lagu Kritik Pemerintah

KBRN, Jember: Musik tidak hanya berfungsi sebagai hiburan karena sejak era lama revolusi hingga zaman modern kini, banyak musisi dan band yang menggunakan lagu sebagai alat kritik terhadap pemerintah, kebijakan negara, dan masalah sosial. Lagu-lagu tersebut sering disebut protest music atau political music, menjadi medium penyampaian pesan yang tajam dan berani.

Dilansir dari berbagai sumber, salah satu contoh paling terkenal di kancah global adalah Rage Against the Machine, band rap-metal asal Amerika Serikat yang hampir seluruh lagu mereka mengangkat kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah AS, kapitalisme, dan ketidakadilan sosial. Band ini secara nyata menyuarakan pandangan anti-otoritarian dan revolusioner melalui musiknya.

Selain itu, sosok seperti Phil Ochs di era 1960-an dan 1970-an menjadi ikon protest singer di AS, ia menulis dan membawakan puluhan lagu yang secara langsung mengomentari perang, politik, dan kebijakan pemerintah, tampil di berbagai demonstrasi dan acara protes. Grup musik folk rock seperti Crosby, Stills, Nash & Young (CSNY) juga memengaruhi generasi lewat lagu-lagu protes seperti Ohio, yang secara langsung merespons penembakan mahasiswa oleh Garda Nasional di Kent State University pada 1970.

Di Indonesia, kritik lewat lagu juga punya tradisi panjang. Iwan Fals dikenal sebagai salah satu penyanyi lagu kritik sosial dan pemerintahan sejak era 1980-an, dengan karya-karya yang menyentil kondisi rakyat dan kebijakan elit. Grup besar seperti Slank secara konsisten menghadirkan lagu-lagu bernada kritis terhadap birokrasi dan elit berkuasa, termasuk dalam lagu seperti Hey Bung dan Birokrasi Komplex. 

Beberapa musisi Indonesia lain juga menciptakan lagu kritik pada masa lampau, seperti Bimbo dengan Tante Sun yang dikabarkan sempat dilarang karena sindiran terhadap gaya hidup pejabat pemerintahan, menunjukkan bagaimana musik bisa menyentil hal sensitif dalam konteks politik. 

Selain dari nama-nama besar itu, sejarah musik Indonesia juga mencatat banyak karya band rock dan folk yang menuliskan pesan kritik sosial dan pemerintahan dalam lagu mereka sejak era 80-an dan 90-an, diketahui melalui riset akademik bahwa sejumlah grup seperti God Bless dan Kantata pernah menghadirkan lirik berisi komentar terhadap kondisi politik maupun sosial pada kisaran waktu tersebut. 

Fenomena ini tidak hanya menunjukkan kekayaan musik sebagai ekspresi seni, tetapi juga bagaimana karya kreatif dapat menjadi medium kuat untuk menyuarakan ketidakpuasan, harapan perubahan, dan upaya agar kebijakan publik lebih adil bagi masyarakat luas.

Rekomendasi Berita