Mengenal Bujangga dan Karya Sastra Surakarta

KBRN, Surakarta: Surakarta sejak dulu dikenal sebagai gudangnya sastrawan hebat yang karya-karyanya masih kita dengar sampai sekarang. Dari lingkungan keraton, lahir para tokoh besar yang karyanya tidak hanya indah, tapi juga penuh nasihat hidup. Bicara soal tokoh ini, kita tentu mengenal istilah "bujangga", yaitu sebutan untuk para ahli sastra atau pujangga keraton yang punya pemikiran sangat dalam dan luas.

Menurut Pengajar Pawiyatan Pambiwara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KP. Budayaningrat S. Yusdianto, tokoh-tokoh hebat ini adalah para bujangga yang karyanya sudah sangat akrab di telinga kita. Ada KGPAA Mangkunegara IV dengan Serat Wedhatama dan Tripama-nya, lalu Sri Susuhunan Pakubuwana IV dengan Serat Wulangreh. 

Tidak ketinggalan, Mas Yus, sapaan akrab Kanjeng Yusdianto, juga menyebutkan nama besar seperti Raden Ngabehi Yasadipura dan Raden Ngabehi Ranggawarsita sebagai bagian dari sejarah besar sastra kita. Hal ini disampaikan Mas Yus saat menjadi narasumber di RRI Surakarta pada Selasa (30/12/2025). 

Ia bercerita bahwa karya-karya ini sebenarnya masih sangat hidup dan sering diperdengarkan di banyak tempat. “Sampai saat ini karya sastra para bujangga Surakarta masih terus dilantunkan, tujuannya agar selain lestari, kita juga bisa mengkaji apa sebenarnya makna di dalam isinya,” ucap Mas Yus.

Sampai hari ini, karya-karya seperti 'Wedhatama' atau 'Wulangreh' ini memang masih sering dialunkan di studio RRI Surakarta maupun di tempat lainnya. Pelestarian ini bukan cuma soal menjaga agar tembangnya enak didengar, tapi juga supaya nilai-nilai baik di dalamnya tetap tersampaikan. 

Dengan cara ini, karya sastra tersebut tetap bisa menjadi bahan diskusi yang menarik bagi siapa saja yang ingin belajar. Jadi, sastra Surakarta ini bukan sekadar urusan masa lalu saja, tapi tetap sangat berguna sebagai cermin kebijaksanaan buat kita sekarang. 

Lewat karya para bujangga ini, kita bisa mendapatkan banyak pelajaran moral yang sangat berharga. Harapannya, warisan berharga ini terus dijaga agar generasi mendatang tetap punya pegangan hidup yang kuat. (Dinar/ Yavis Langit, Siswa SMKIT Nur Hasan, Magang di RRI Surakarta)

Rekomendasi Berita