Buleleng Rawan Bencana Hidrologi, Longsor Ancam 33 Desa

KBRN, Singaraja: Kabupaten Buleleng saat ini berada dalam kondisi rawan bencana hidrologi, khususnya tanah longsor yang mengancam puluhan desa di berbagai wilayah. Berdasarkan pemetaan risiko bencana yang telah dilakukan, sebanyak 33 desa di sembilan kecamatan masuk kategori rawan hingga sangat rawan longsor.

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, I Gede Suyasa, menyebut meningkatnya curah hujan pada musim penghujan memicu ancaman longsor di wilayah perbukitan Buleleng yang didominasi tanah labil. Beberapa desa yang baru-baru ini terdampak longsor antara lain Desa Dapdap Putih, Sekumpul, dan Desa Suwug.

“Dari hasil pemetaan risiko bencana, ada 33 desa yang tingkat kerawanannya tinggi terhadap tanah longsor. Ini tersebar di sembilan kecamatan dan menjadi fokus perhatian kami,” kata Suyasa.

Selain tanah longsor, BPBD juga mencatat ancaman cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang yang berpotensi menyebabkan pohon tumbang. Sebanyak 144 desa di Buleleng dikategorikan memiliki potensi tinggi terdampak bencana akibat cuaca ekstrem.

Tidak hanya itu, bencana banjir bandang juga menjadi ancaman serius. BPBD mencatat terdapat 48 desa yang berpotensi terdampak banjir bandang, terutama di wilayah dengan aliran sungai besar dan daerah hilir.

“Kalau kita berbicara ancaman hidrologi, maka longsor, cuaca ekstrem, dan banjir bandang adalah tiga bencana utama yang paling berpotensi terjadi di Buleleng,” ucapnya.

Sebagai langkah mitigasi, BPBD Buleleng telah melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi kebencanaan kepada masyarakat. Upaya tersebut dilakukan melalui pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) yang kini telah mencapai 148 desa dan kelurahan.

Pihaknya mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat hujan dengan intensitas tinggi berlangsung lama. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan diminta segera melapor jika melihat tanda-tanda pergerakan tanah atau potensi bahaya lainnya.

Rekomendasi Berita