KBRN, Semarang: Memasuki tahun baru, masyarakat kerap merayakan dengan tradisi bakaran, seperti ikan bakar, ayam bakar, atau sate. Sajian lezat ini menjadi favorit banyak orang di malam pergantian tahun.
Namun, pakar kesehatan mengingatkan agar tidak terlalu sering mengonsumsi makanan yang dibakar. Meskipun rasanya nikmat, ada sejumlah risiko kesehatan yang perlu diperhatikan.
Salah satu risiko utama adalah kanker. Protein dalam daging, ikan, atau ayam dapat bereaksi dengan suhu tinggi dan membentuk senyawa karsinogenik yang merusak DNA.
Selain itu, pengolahan dibakar juga dapat mengurangi kandungan gizi, terutama protein. Protein yang hilang berarti tubuh kehilangan sumber energi penting yang dibutuhkan setiap hari.
Konsumsi makanan dibakar secara berlebihan juga bisa memicu masalah pencernaan. Lambung harus bekerja lebih keras sehingga risiko naiknya asam lambung meningkat, terutama bagi penderita maag.
Bahaya lain yang perlu diperhatikan adalah potensi cacing atau larva yang masih tertinggal dalam daging. Proses pembakaran tidak selalu memastikan seluruh bagian daging matang sempurna.
Ahli menyarankan beberapa langkah pencegahan, seperti merendam daging dalam bumbu tradisional, membakar dengan api kecil, atau memasak lebih lama agar matang merata. Langkah ini membantu menekan risiko sambil tetap menikmati tradisi bakaran tahun baru.