KBRN, Way Kanan: Menanamkan kepedulian lingkungan dan semangat gotong royong melalui Gerakan Pramuka dan aksi nyata di masyarakat itulah motto hidup yang dilakukan Sipon Purwanto.
Setiap Jumat pagi, saat sebagian orang masih bergelut dengan rutinitas masing-masing, ia sudah melaju pelan menyusuri jalanan Blambangan Umpu dengan motor berkeranjang di belakangnya.
Bukan untuk berdagang, melainkan memungut sampah yang tercecer di pinggir jalan. Ia berhenti, turun, mengambil sampah, lalu melanjutkan perjalanan. Pemandangan sederhana itu telah berlangsung bertahun-tahun, nyaris tanpa sorotan, namun dampaknya nyata bagi lingkungan dan kesadaran warga.
Sipon bukan tokoh yang lahir dari kemewahan. Sejak kecil, ia sudah terbiasa bekerja keras. Saat duduk di kelas 4 SD, ia memelihara kambing, mencangkul ladang, dan membersihkan kandang.
Kotoran kambing yang dikumpulkan kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Dari sana, ia belajar sesuatu yang dianggap kotor dan tak berguna bisa berubah menjadi manfaat jika dikelola dengan benar. Nilai itu kelak menjadi prinsip hidupnya.
Di bangku sekolah dasar, Sipon dikenal aktif dan bertanggung jawab. Dari kelas 4 hingga kelas 6, ia selalu dipercaya menjadi ketua kelas. Ia juga aktif dalam Pramuka Siaga. Kepemimpinan, kedisiplinan, dan semangat gotong royong mulai tumbuh sejak usia dini—modal penting yang terus ia bawa hingga dewasa.
Perjalanan pendidikannya tidak selalu mulus. Keterbatasan biaya membuatnya sempat terhenti. Namun semangat belajarnya tak pernah padam.
Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah, ia menyelesaikan Paket C setara SMA pada tahun 2000, lalu melanjutkan pendidikan D2 di Perguruan Ma’arif Bara Datu. Bagi Sipon, pendidikan adalah proses seumur hidup, bukan sekadar ijazah.
Dalam dunia kerja, Sipon ditempa oleh pengalaman panjang. Ia pernah bekerja di Perum Perhutani Jawa Tengah sebelum akhirnya mengalami pemutusan hubungan kerja pada tahun 1980.
Dengan bekal pesangon sederhana dan surat pengalaman kerja, ia memilih merantau ke Lampung. Keputusan itu menjadi titik balik hidupnya. Sejak 1982 hingga pensiun tahun 2014, Sipon mengabdi di PTPN VII Blambangan Umpu selama lebih dari tiga dekade. Loyalitas dan ketekunan menjadi ciri khasnya.
Namun, pengabdian Sipon tidak berhenti di tempat kerja. Gerakan Pramuka menjadi ruang aktualisasi terbesarnya. Sejak tahun 1995, ia aktif sebagai Pembina Pramuka di berbagai gugus depan dan sekolah.
Beragam pendidikan kepramukaan ia ikuti, dari Kursus Mahir Dasar hingga pelatih lanjutan. Baginya, Pramuka adalah sekolah kehidupan—tempat menanamkan karakter, kepedulian, dan tanggung jawab sosial.
Kepeduliannya terhadap lingkungan tumbuh seiring aktivitas kepramukaan. Sipon tidak ingin nilai kebersihan hanya menjadi slogan.
Ia menanamkan kebiasaan kepada anggota Pramuka untuk tidak meninggalkan sampah setelah kegiatan. Sejak 2015, ia rutin melakukan aksi kebersihan setiap Jumat. Dari motor berkeranjang, gerakannya berkembang menjadi program “Grebeg Sampah” bersama Pramuka Peduli, menggunakan mobil pick-up untuk membersihkan sampah yang menumpuk di pinggir jalan.
Yang membuat gerakan ini bertahan adalah pendekatan humanis. Sipon mendatangi warga satu per satu, mengajak mereka mengelola sampah rumah tangga dengan semangat saling tolong-menolong.
Dari kerja kolektif itu lahir layanan angkutan sampah yang kini menjangkau ratusan titik pelanggan di beberapa kampung dan kelurahan di Way Kanan. Kegiatan ini tidak hanya menjaga kebersihan, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
Dedikasi panjang itu mendapat pengakuan. Sipon menerima berbagai penghargaan, termasuk Umroh dari Bupati Way Kanan, Penghargaan Pengabdian Masyarakat, hingga Lencana Melati dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Meski demikian, ia tetap rendah hati. Baginya, penghargaan sejati adalah ketika jalanan lebih bersih dan generasi muda tumbuh dengan kepedulian.
Kisah Sipon Purwanto menunjukkan bahwa perubahan besar sering lahir dari kerja sunyi yang konsisten. Dari kandang kambing hingga gerakan lingkungan, dari Pramuka hingga masyarakat luas, ia menanamkan satu pesan sederhana: kepedulian adalah tindakan, bukan sekadar ucapan