KBRN, Gorontalo : Kebiasaan tidur di atas pukul 23.00 malam kian marak, terutama di kalangan pekerja dan generasi muda. Padahal, berbagai penelitian medis menunjukkan bahwa tidur larut secara terus-menerus dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan fisik dan mental. Pola tidur yang tidak sesuai dengan ritme alami tubuh (ritme sirkadian) berpotensi mengganggu fungsi organ vital.
Salah satu dampak utama tidur larut adalah meningkatnya risiko penyakit jantung. Studi yang dipublikasikan oleh European Heart Journal menyebutkan bahwa orang yang tidur terlalu malam memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit kardiovaskular dibanding mereka yang tidur lebih awal. Hal ini berkaitan dengan gangguan ritme biologis yang memengaruhi tekanan darah dan metabolisme tubuh.
Selain jantung, kesehatan hati atau liver juga dapat terganggu. Menurut Cleveland Clinic, proses detoksifikasi hati berlangsung optimal saat tubuh berada dalam fase tidur malam yang cukup. Tidur larut menyebabkan proses ini tidak berjalan maksimal, sehingga berpotensi menurunkan fungsi hati dalam jangka panjang.
Kebiasaan begadang juga berkontribusi pada meningkatnya risiko diabetes dan obesitas. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa kurang tidur dapat mengganggu hormon insulin dan leptin yang mengatur kadar gula darah serta rasa lapar. Akibatnya, seseorang lebih rentan mengalami kenaikan berat badan dan gangguan metabolik.
Dampak lain yang tak kalah serius adalah penuaan dini. Kurang tidur menghambat regenerasi sel dan produksi kolagen yang berperan menjaga elastisitas kulit. Sleep Foundation menyebutkan bahwa tidur berkualitas berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan memperlambat tanda-tanda penuaan.
Fungsi otak juga dapat terganggu akibat tidur larut. Kurang tidur terbukti menurunkan konsentrasi, daya ingat, serta kemampuan mengambil keputusan. Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, tidur berperan penting dalam konsolidasi memori dan pemulihan fungsi kognitif.
Tak hanya itu, sistem kekebalan tubuh ikut melemah. World Health Organization (WHO) menegaskan bahwa tidur cukup merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga daya tahan tubuh. Orang yang sering tidur larut lebih mudah terserang infeksi karena respons imun tubuh menurun.
Dari sisi psikologis, tidur larut dapat memicu gangguan emosi seperti stres, kecemasan, hingga depresi. Selain itu, masalah kulit seperti jerawat dan kulit kusam juga kerap muncul akibat ketidakseimbangan hormon. Para ahli kesehatan pun menganjurkan masyarakat untuk mulai membiasakan tidur lebih awal demi menjaga kesehatan secara menyeluruh.