KBRN, Bengkulu: Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) akan genap berusia 15 tahun pada 18 Desember 2025. Selama satu setengah dekade, komunitas ini konsisten berperan dalam upaya penyebarluasan informasi dan pelestarian puspa langka, khususnya di Bengkulu.
KPPL selama ini aktif melakukan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan lapangan dan ruang publik. Upaya tersebut dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga keberadaan flora langka yang semakin terancam oleh kerusakan lingkungan.
Ketua KPPL Bengkulu, Sofian, menyampaikan bahwa Bengkulu memiliki peran penting dalam konservasi Rafflesia di Indonesia. Ia menyebutkan lima dari 42 jenis Rafflesia yang tercatat di dunia ditemukan tumbuh alami di wilayah Bengkulu.
Menurut Sofian, keberadaan Rafflesia di Bengkulu menjadi bukti kekayaan keanekaragaman hayati yang harus dijaga bersama. Tanpa perlindungan yang berkelanjutan, habitat alami bunga tersebut berpotensi mengalami penurunan kualitas.
Selain melakukan pendataan dan dokumentasi mekarnya Rafflesia, KPPL juga menyediakan pendampingan bagi pengunjung yang ingin melihat langsung bunga langka itu di habitatnya. Langkah ini dilakukan untuk memastikan aktivitas kunjungan tetap ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem.
KPPL juga kerap menghadirkan materi edukasi di pusat keramaian seperti pameran dan kegiatan komunitas. Melalui pendekatan ini, masyarakat diperkenalkan pada karakteristik Rafflesia sekaligus diluruskan dari anggapan keliru yang sering menyamakan bunga tersebut dengan bunga bangkai.
Di sisi lain, komunitas ini mendorong pengembangan kawasan habitat Rafflesia sebagai destinasi ekowisata berbasis konservasi. Konsep tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar tanpa mengabaikan aspek pelestarian alam.
Memasuki usia ke-15 tahun, KPPL menegaskan komitmennya untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak. Sinergi antara komunitas, masyarakat, dan pemangku kepentingan dinilai menjadi kunci keberlanjutan pelestarian puspa langka di Bengkulu.