ISPA dan Diare Mengintai Pengungsi Aceh Utara

KBRN, Lhokseumawe : Ancaman penyakit mulai menghantui warga yang masih bertahan di sejumlah lokasi pengungsian akibat bencana banjir dan longsor yang melanda beberapa wilayah di Aceh. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan diare menjadi dua penyakit yang paling rentan dialami pengungsi, terutama anak-anak dan lansia.

Kondisi tempat pengungsian yang padat, sirkulasi udara terbatas, serta cuaca lembap menjadi faktor utama meningkatnya risiko ISPA. Selain itu, keterbatasan air bersih dan sanitasi yang belum optimal turut memicu munculnya kasus diare di kalangan pengungsi.

dr. Rivana Ameliya, menjelaskan, ISPA mudah menular di lingkungan pengungsian karena kontak antarwarga terjadi sangat intens. “Pengungsi biasanya tidur berdekatan, kelelahan, dan daya tahan tubuh menurun. Ini memudahkan virus dan bakteri penyebab ISPA menyebar,” ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (16/12/2025).

Sementara itu, diare kerap dipicu oleh konsumsi air yang tidak higienis serta kebersihan tangan yang kurang terjaga. Menurut dr. Rivana, kondisi darurat sering membuat warga mengabaikan pola hidup bersih dan sehat. “Air yang tercemar dan pengolahan makanan yang kurang bersih sangat berisiko menyebabkan diare,” katanya.

Ia mengimbau para pengungsi untuk selalu menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sabun, serta memastikan air minum dimasak hingga mendidih. Selain itu, warga yang mengalami gejala batuk, demam, sesak napas, atau diare berkepanjangan diminta segera memeriksakan diri ke posko kesehatan terdekat.

Pihak tenaga kesehatan bersama relawan terus melakukan pemantauan kondisi pengungsi serta memberikan edukasi kesehatan untuk mencegah meluasnya penyakit. Pemerintah daerah juga diharapkan memastikan ketersediaan air bersih, obat-obatan, dan fasilitas sanitasi agar kesehatan pengungsi tetap terjaga selama masa tanggap darurat.

Rekomendasi Berita