KABUPATEN Aceh Tamiang menjadi wilayah terdampak paling parah dan dinilai dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dari 8 Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Aceh usai dihantam banjir besar pada Rabu (26/11/2025). Data dari posko utama per 8 Desember 2025 menunjukkan, banjir berdampak pada lumpuhnya 12 kecamatan dan 216 gampong (desa) di wilayah itu.
Sebanyak 58 warga meninggal dunia dalam banjir dan longsor tersebut. Sejumlah daerah di Aceh Tamiang sempat terisolir berhari-hari karena jalur transportasi terputus, sehigga diperkirakan masih banyak penyintas bencana banjir yang belum tersentuh dan mendapatkan bantuan logistik.
Daerah terisolir tersebar di sejumlah kecamatan di antaranya, Desa Sekumur di Kecamatan Sekerak, Desa
Tanjung Genteng, Kecamatan Kejuruan Muda dan daerah Babo Kecamatan Bandar Pusaka. Dikabarkan banyak penyintas yang bertahan hidup dengan bahan makanan apa adanya.
Kita tentu mengapresiasi upaya pemetaan yang dilakukan Posko Utama Penanganan Banjir Aceh Tamiang untuk memastikan wilayah terisolir tersebut sudah terjangkau seluruhnya dengan terus memaksimalkan bantuan dan evakuasi masyarakat walaupun terkesan lambat. Semua daerah terisolir sudah seharusnya terdistribusi logistik meskipun dalam konteks logistik darurat.
Pembukaan akses untuk desa-desa yang masih terisolir perlu segera dilakukan. Sehingga kebutuhan para penyintas banjir akan bantuan seperti bahan pangan, air bersih, selimut, tenda, toilet portabel, obat-obaran hingga pakaian bersih dapat segera terpenuhi.
Demikian pula kondisi para penyintas yang mulai diserang penyakit seperti gatal-gatal, gangguan pernafasan, diare dan lainnya dapat segera diobati. Begitu juga dengan pemenuhan kebutuhan listrik yang masih belum menyala di beberapa wilayah untuk segera diwujudkan.