FOTO Jurnalistik karya Radio Republik Indonesia atau RRI Jakarta memenangi Anugerah Jurnalistik Pertamina atau AJP 2025, mengungkap perubahan senyap di pesisir utara Jakarta, ketika cahaya energi gas mengubah cara nelayan bertahan hidup di tengah laut.
Di pesisir utara Jakarta, ribuan nelayan setiap malam menggantungkan hidup di atas bagan, rangka bambu tempat menjaring ikan yang berdiri di tengah laut. Dalam gelap, cahaya menjadi penentu, apakah hasil tangkapan akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Ikan hasil tangkapan nelayan terlihat dengan bantuan pijar cahaya yang dihasilkan gas LPG (19/8/2025). (Foto: RRI/Ilyas)
Baca juga:
- Jurnalis RRI Jakarta Raih Anugrah Jurnalistik Pertamina 2025
- Energi Gas, Berikan Pijar Cahaya Nelayan Dilautan
Realitas itulah yang ditangkap jurnalis RRI Jakarta, Syamsudin Ilyas, melalui karya essay foto yang mengantarkannya meraih juara pertama Anugerah Jurnalistik Pertamina 2025 kategori Essay Foto tingkat regional DKI Jakarta. Foto-foto tersebut merekam perubahan energi yang jarang disorot, tetapi berdampak langsung bagi kehidupan nelayan.
Ari, nelayan bagan asal Cilincing, Jakarta Utara, mengisahkan masa ketika penerangan di laut masih bergantung pada lampu patromak berbahan bakar spiritus. “Sebelum energi gas membumi dan menjamah kebutuhan nelayan, kami menggantungkan hidup pada lampu patromak yang harganya mahal dan penggunaannya tidak terjangkau,” ujar Ari kepada RRI.

Ari, nelayan bagan Cilincing menerapkan energy gas LPG selain sebagai penerang juga sebagai alat tangkap dengan pijar cahaya yang dihasilkan energi gas (19/8/2025), (Foto: RRI/Ilyas)
Alih energi dari Bahan Bakar Minyak atau BBM menuju gas elpiji atau LPG menjadi titik balik bagi masyarakat pesisir. Energi gas yang semula identik dengan dapur rumah tangga kini hadir sebagai alat penerangan yang lebih stabil, aman, dan terjangkau bagi nelayan saat melaut di malam hari.
Menurut Ari, cahaya lampu berbahan bakar gas bukan hanya soal terang, tetapi juga menentukan hasil tangkapan. “Dengan menggunakan lampu sebagai sumber cahaya, ikan lebih mudah mendekati makanan alaminya, lalu terperangkap dalam jaring nelayan bagan,” ucap Ari.

Bagan ikan nampak di pagi hari, terbuat dari batang bambu yang ditancapkan ke dasar laut. (19/8/2025). (Foto: RRI/Ilyas)
Selama lebih dari sepuluh tahun, nelayan di pesisir Cilincing telah menggunakan energi gas sebagai penerangan utama. Dalam praktiknya, gas LPG dinilai mampu menekan biaya operasional sekaligus meningkatkan efisiensi kerja nelayan.
“Alhamdulillah, bahan bakar gas telah mengurangi biaya operasional, meningkatkan efisiensi, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan,” kata Ari. Pengalaman itu menjadi potret kecil dari perubahan energi yang bekerja langsung di tingkat akar rumput.

Nelayan pesisir Cilincing Jakarta Utara menggunakan energi gas LPG (Liquefied Petroleum Gas) sebagai energi murah dan ramah mencipta pijar cahaya di lautan (19/8/2025). (Foto: RRI/Ilyas)
Ketua Dewan Pers sekaligus Ketua Dewan Juri Anugerah Jurnalistik Pertamina 2025, Komarudin Hidayat, bilang ajang ini merupakan program tahunan yang telah digelar sejak tahun 2003 dan kini memasuki edisi ke-22. “Anugerah Jurnalis Pertamina memiliki delapan kategori lomba yang terbagi dalam dua topik besar, yaitu bisnis dan non-bisnis,” ucap Komarudin.
Komarudin menjelaskan setiap topik mencakup empat kategori karya, yakni karya tulis, karya televisi, karya radio, dan karya essay foto, sehingga membuka ruang yang setara bagi jurnalisme visual, audio, dan teks. Menurutnya, keberagaman kategori ini bertujuan menjaga kualitas jurnalisme lintas platform.
Proses seleksi dan penilaian, menurut Komarudin, dilakukan secara berjenjang dari tingkat teritori hingga nasional oleh dewan juri yang bekerja secara independen dan profesional. “Tahun ini Pertamina menerima 2685 lima karya, dan sebanyak 1387 karya dinyatakan lolos kurasi,” kata Komarudin.

Jurnalis RRI Jakarta Syamsudin Ilyas menerima penghargaan juara pertama kategori Essay Foto regional DKI Jakarta pada Anugerah Jurnalistik Pertamina 2025 yang digelar di Bandung, Sabtu, 13 Desember 2025.
Bagi Syamsudin Ilyas, kemenangan ini menjadi pengakuan atas jurnalisme visual yang berpijak pada realitas sosial. “Ini menjadi ajang bagi saya untuk terus mengasah bakat dan keterampilan sebagai jurnalis di RRI Jakarta,” ujar Ilyas.
Melalui foto-foto nelayan bagan dan cahaya lampu gas di tengah laut, karya RRI Jakarta menunjukkan bahwa isu energi bukan sekadar soal pasokan dan angka statistik. Energi adalah tentang kehidupan, tentang terang yang menentukan masa depan keluarga nelayan.