Tresno SHA Ciptakan Anthem Patah Hati Kocak

KBRN, Tarakan : Bayangkan ditinggal pacar , Sakit? Pasti. Lucu? Sangat. Stand Here Alone (SHA) dan Tresno dari Tipe-X memilih jalan ketiga: jadikan lagu. "Kura-Kura" lahir bukan dari dendam atau air mata berlebihan, melainkan dari kesadaran bahwa cinta kadang berakhir dengan cara yang absurd dan tidak perlu terlalu dramatis. Inilah kolaborasi yang mengubah getir jadi gelak tawa, bukti bahwa punk dan ska bisa bicara soal patah hati tanpa kehilangan nyali.

Lagu ini bagian dari Album Nusantara, proyek ambisius SHA yang menghadirkan warna musikal berbeda dengan menggandeng musisi lintas genre. Ketika SHA bertemu Tresno, energi ska Tipe-X berpadu sempurna dengan semangat punk rock mereka. Hasilnya? Trek yang bikin kepala angguk-angguk sambil senyum kecut mengingat mantan. Liriknya sederhana tapi menohok: "Ditikung sama yang mukanya kayak reptil, kok ya bisa?" Tapi justru di sinilah kekuatannya kejujuran tanpa perlu sok filosofis.

Yang menarik, "Kura-Kura" tidak mengundang belas kasihan. Tidak ada suasana kelam atau tangisan di kamar mandi. Sebaliknya, SHA dan Tresno seperti mengajak pendengar untuk berdamai dengan kenyataan bahwa tidak semua cinta layak diperjuangkan, apalagi kalau kompetitornya makhluk berkepala cangkang. Mereka menawarkan perspektif segar: kalau hidup sudah memberi komedi, kenapa harus dipaksa jadi tragedi? Lagu ini adalah terapi paling murah untuk hati yang baru patah cukup putar, lalu tertawa lepas.

Kolaborasi SHA dengan Tresno juga menunjukkan kedewasaan bermusik. Bukan soal siapa yang lebih kencang atau lebih tinggi screaming-nya, tapi bagaimana dua generasi musisi dari jalur berbeda bisa saling melengkapi. Tresno membawa kehangatan vokal khas ska yang sudah teruji puluhan tahun, sementara SHA menghadirkan ketajaman produksi modern yang bikin lagu ini tetap relevan buat telinga Gen Z. Perpaduan ini menciptakan sesuatu yang jarang: musik yang bisa dinikmati ayah dan anak sekaligus.

"Kura-Kura" mengajarkan satu hal penting: patah hati bukan akhir dunia, hanya babak yang perlu diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang lebih ringan. Di tengah era oversharing dan drama media sosial, lagu ini jadi pengingat bahwa kita berhak memilih cara merespons luka dan tertawa adalah pilihan yang paling beradab. (Nur Halimah)

Rekomendasi Berita