KBRN, Jakarta: Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berlanjut hingga penutupan perdagangan hari ini, Selasa (16/12/2025). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah turun 0,14 persen atau 24 poin menjadi Rp16.691 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah masih tertekan oleh dolar AS seiring sikap pelaku pasar yang masih ‘wait and see’. “Fokus pasar minggu ini tertuju pada data yang menjadi petunjuk kondisi perekonomian Amerika Serikat,” kata Analis Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi dalam analisisnya, Selasa (16/12/2025).
Data penggajian pekerja non-pertanian bulan November yang akan dirilis diperkirakan akan mengalami ‘pendinginan’. Pekan ini, juga akan dirilis data indeks harga konsumen (inflasi umum) bulan November di AS.
“Kekuatan pasar tenaga kerja dan inflasi adalah dua pertimbangan terbesar the Fed untuk menentukan kebijakan suku bunga. Bank sentral AS telah menegaskan pendiriannya untuk menentukan kebijakan berbasis data dalam seminggu terakhir,” ujar Ibrahim.
Baca Juga:
Pasar Ambil Posisi Menunggu, Pelemahan Rupiah Berlanjut
IHSG Diperkirakan Bergerak Stagnan Meski Dibuka Menguat
Sementara itu, upaya perundingan damai Rusia dan Ukraina yang dimediasi AS masih menghadapi kendala terkait konsesi territorial. AS mengklaim perundingan sudah mencapai beberapa kemajuan, sambil menawarkan jaminan pada Ukraina.
Di dalam negeri, Ibrahim mencermati perkembangan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia hingga Oktober 2025. Laporan Bank Indonesia (BI) menyebutkan ULN Indonesia tercatat sebesar USD423,9 miliar atau setara Rp7.059,5 triliun (kurs Rp16.653).
Posisi ULN bulan November menurun dibandingkan bulan September yang sebesar USD425,6 miliar. “Posisi ULN dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing dari Surat Berharga Negara (SBN) internasional,” kata Ibrahim mengutip laporan BI.
Aliran masuk modal asing yang meningkat, tambah Ibrahim, mengindikasikan kepercayaan investor yang masih kuat terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan laporan BI, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat sebesar 29,3 persen pada Oktober 2025.
Rasio tersebut menunjukkan kondisi ULN Indonesia masih sehat. Selain itu, ULN Indonesia juga masih didominasi ULN jangka panjang dengan pangsa 86,2 persen dari total ULN.