Trump: Perdamaian Ukraina-Rusia Kian Dekat setelah Perundingan Berlin

KBRN, Washington: Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan kesepakatan untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina semakin dekat. Ini menyusul digelarnya perundingan antara pejabat AS dan Ukraina untuk membicarakan rancangan kesepakatan perdamaian itu di Berlin, Jerman.

Meski begitu, sejumlah pejabat AS mengingatkan masih adanya perbedaan besar yang mengganjal pada perundingan tersebut. Salah satu isu paling sensitif adalah masalah klaim teritorial Ukraina dan Rusia.

Trump mengaku telah berbicara banyak dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, serta para pemimpin Prancis, Jerman, Inggris, dan NATO. "Kami mendapat dukungan luar biasa dari pemimpin-pemimpin Eropa yang menginginkan diakhirinya perang," ujarnya dikutip Al Jazeera, Selasa (16/12/2025).

Selain itu, Trump menyatakan telah berulang kali berbicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. "Kami yakin perdamaian semakin dekat dan akan bersama-sama melihat apa yang akan dilakukan," ucapnya.

Sedangkan Zelenskyy menyatakan perundingan di Berlin berlangsung alot tetapi tetap produktif. Perundingan yang melibatkan Ukraina, AS, dan Eropa berlangsung selama dua hari sejak Senin (15/12/2025).

Washington mendorong Kyiv agar bersedia membuat konsesi dengan Moskow untuk mengakhiri perang antarmereka. Konflik Rusia dan Ukraina disebut-sebut sebagai salah satu konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Para pemimpin Eropa dan AS berkomitmen untuk bekerja Bersama memberikan jaminan keamanan yang kuat bagi Ukraina. Ini termasuk pembentukan pasukan perdamaian multinasional yang dipimpin Eropa dan didukung AS.

Pasukan perdamaian tersebut akan membantu pembangunan kembali kekuatan militer Ukraina, serta menjaga keamanan udara dan laut negara itu. Menurut mereka, jumlah personel militer Ukraina seharusnya sama seperti sebelum perang yaitu 800 ribu orang.

AS menyatakan aturan tersebut menyerupai salah satu pasal pada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ini bertujuan untuk mengakomodasi keinginan Ukraina yang menolak bergabung dengan NATO

Perlindungan keamanan yang diusulkan itu digambarkan oleh pejabat AS sebagaimenyerupai Pasal 5 NATO”. Ukraina sebelumnya menyatakan bersedia melupakan ambisinya untuk bergabung dengan NATO sebagai imbalan atas jaminan keamanan Eropa itu.

Zelenskyy menegaskan negaranya membutuhkan kejelasan terkait jaminan keamanan sebelum memutuskan tentang pengaturan territorial pada kesepakatan perdamaian. Dia juga menekankan pemantauan gencatan senjata yang efektif harus menjadi bagian dari kesepakatan.

Kanselir Jerman, Friedrich Merz, menyebut tawaran jaminan keamanan pada perundingan di Berlin sebagai sesuatu yang sangat signifikan. "Kini hanya Ukraina yang berhak memutuskan soal konsesi wilayah," ujarnya.

Rekomendasi Berita