Ketabahan Masyarakat Aceh Hadapi Bencana

KBRN,Jakarta: Ketabahan masyarakat Aceh dalam menghadapi berbagai bencana alam menjadi topik utama dalam siaran berjaring nasional Suara Budaya Nusantara. Dengan menghadirkan Drs. H. Ameer Hamzah, M.Si, Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Banda Aceh sekaligus budayawan Aceh, sebagai narasumber.

Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia beberapa pekan lalu terdampak Bencana Banjir bandang. bukan hanya sekali tapi  berulang kali Aceh mengalami musibah besar, termasuk gempa bumi dan tsunami dahsyat pada tahun 2004. Meski demikian, masyarakat Aceh dikenal mampu bangkit dan tetap tegar dalam menghadapi cobaan tersebut.

Menurut Ameer Hamzah, ketabahan masyarakat Aceh dibangun di atas tiga pilar utama, yakni akidah, adat, dan sejarah perjuangan. Ketiganya saling terkait dan membentuk karakter masyarakat yang kuat secara mental maupun spiritual dalam menghadapi musibah.

Ia menjelaskan, akidah menjadi fondasi utama yang menanamkan keyakinan bahwa setiap bencana merupakan cobaan dari Allah SWT. “Musibah dipahami sebagai ujian yang harus diterima dengan ikhlas,” ujar Ameer Hamzah. Kesadaran spiritual inilah yang membantu masyarakat Aceh tetap tegar meskipun harus menghadapi kehilangan besar.

Selain akidah, adat Aceh juga berperan penting dalam menjaga ketangguhan sosial. Ameer Hamzah menegaskan bahwa adat dan agama di Aceh tidak dapat dipisahkan. “Hukum dengan adat ibarat zat dan sifat, keduanya menyatu,” katanya. Nilai adat yang selaras dengan ajaran agama memperkuat solidaritas dan kepedulian antarwarga saat bencana terjadi.

Hubungan harmonis antara adat dan agama tersebut menciptakan kesatuan sosial yang kokoh. Dalam situasi krisis, masyarakat Aceh terbiasa saling membantu dan menguatkan, sehingga beban yang dihadapi tidak dirasakan secara individual, melainkan sebagai tanggung jawab bersama.

Faktor terakhir yang membentuk ketabahan masyarakat Aceh adalah sejarah panjang perjuangan. Ameer Hamzah mengingatkan bahwa masyarakat Aceh telah melewati berbagai masa sulit, mulai dari perlawanan terhadap Portugis, Belanda, hingga Jepang. “Bangsa Aceh tidak pernah menyerah meski mengalami penindasan dan kehilangan,” tegasnya.

Melalui wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketabahan masyarakat Aceh bukan hanya hasil dari pengalaman menghadapi bencana, tetapi juga berakar kuat pada identitas budaya dan spiritual. Dengan akidah yang kokoh, adat yang sejalan dengan agama, serta sejarah perjuangan yang mengakar, masyarakat Aceh terus menunjukkan keteguhan dan kemampuan bangkit menghadapi berbagai musibah alam.

Rekomendasi Berita