Lestarikan Tari Tradisional, Bougenville Bentuk Generasi Muda
- by Dwi Saka Pangestu
- 16 Des 2025
KBRN, Jakarta: Program “Suara Budaya Nusantara” menyoroti perkembangan positif seni tari di Kalimantan Barat, khususnya Kota Pontianak. Hal ini terungkap dalam dialog interaktif RRI yang dipandu oleh Yulanda (RRI Pontianak) dan Mariana Suhendi (RRI Jakarta), bersama narasumber H. Yuza Yanis Chaniago, Ketua Lembaga Seni Bougenville. Diskusi membahas peran lembaga seni dalam menjaga eksistensi tari tradisional Kalbar di tengah generasi muda.
Lembaga seni bougenville berdiri sejak 1984, berawal dari sanggar tari yang didirikan oleh orang tua H. Yuza. Setelah sang pendiri wafat pada 2006, H. Yuza melanjutkan tongkat estafet pelestarian seni tari. “Lembaga seni bougenville ini cikal bakalnya dari sanggar tari yang didirikan orang tua kami, dan saya meneruskannya sampai sekarang,” ujar H. Yuza, Jumat,12/12/2025.
Menurut H. Yuza, seni tari di Kalimantan Barat, khususnya Pontianak, masih diminati dan kerap ditampilkan dalam berbagai kegiatan resmi maupun sosial. “Setiap kegiatan sekolah, hari besar, hingga acara penyambutan pejabat, hampir selalu menampilkan tari daerah seperti tari persembahan atau sekapur sirih,” jelasnya. Hal ini menunjukkan bahwa tari tradisional masih memiliki ruang penting dalam kehidupan masyarakat.
Secara khusus, Lembaga seni bougenville berfokus pada tari Melayu, namun tetap membuka pembelajaran bagi tari Dayak dan Tionghoa, mencerminkan kemajemukan Kalimantan Barat. “Di Kalbar kita mengenal konsep tidayu, gabungan Tionghoa, Dayak, dan Melayu, jadi kami juga menyesuaikan dengan keberagaman itu,” kata H. Yuza.
Untuk regenerasi, lembaga seni bougenville menerapkan pendidikan seni tari nonformal sejak usia dini. Anak-anak dapat bergabung mulai kelas 1 SD dengan latihan rutin. “Saat ini anggota kami sekitar 150 anak, dari SD sampai mahasiswa. Ini salah satu cara agar seni tari tetap hidup dan dicintai generasi muda,” pungkas H. Yuza Yanis Chaniago.