KBRN, Pandeglang: Cuaca ekstrem kembali melanda pesisir perairan Pandeglang, Banten. Hujan lebat disertai angin kencang dan gelombang tinggi membuat aktivitas nelayan berhenti total dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini berdampak langsung pada roda ekonomi pesisir yang bergantung pada hasil tangkapan laut.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Pandeglang, Encep Waas menyatakan, para nelayan menahan diri untuk tidak melaut akibat tingginya risiko keselamatan di tengah cuaca ekstrem. Menurutnya kondisi cuaca buruk tersebut berdampak langsung pada sekitar 5.000 nelayan di wilayah Pandeglang.
“Aktivitas nelayan lumpuh, tidak bisa melaut. Gelombang laut tinggi, sekitar dua sampai tiga meter,” ujarnya, Selasa (16/12/2025).
Baca juga: Cuaca Buruk, Nelayan Pandeglang Kesulitan Dapatkan Ikan
Menurutnya, kondisi ombak yang tinggi juga menyulitkan kapal untuk bersandar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), seperti di TPI Panimbang. Kondisi perairan Panimbang semakin berat karena TPI Panimbang langsung menghadap laut lepas tanpa pelindung pemecah ombak.
Hal serupa dialami nelayan di Kecamatan Labuan, Ade Siskandi. Dia bersama puluhan nelayan lain di Labuan, tidak memiliki pilihan lain selain menunggu cuaca kembali aman. Menghadapi kondisi cuaca yang belum stabil, Ade dan rekan nelayan lainnya hanya mengandalkan insting dan menunggu peluang singkat untuk melaut.
"Tapi biaya operasional seperti bahan bakar dan perbekalan sering kali enggak sebanding dengan hasil tangkapan saat cuaca buruk dan ombak yang naik," ucap dia.
Baca juga: Cuaca Buruk, Nelayan Labuan Setop Melaut
Menurut Ade, modal sekali melaut mencapai Rp4 juta hingga Rp5 juta. Jumlah ini terlalu besar untuk pelayaran singkat, apalagi hasil ikan sering kali tidak mampu menutup biaya operasional.
“Kadang dapat satu atau dua blong saja. Itu paling satu sampai dua juta, modalnya nggak ketutup,” ucapnya Ade.
Sementara, Stasiun Meteorologi Maritim Merak mengingatkan potensi risiko cuaca laut di wilayah perairan Pandeglang, Banten, pada periode Desember. Kondisi gelombang dan angin dinilai cukup berbahaya bagi aktivitas nelayan, khususnya di wilayah Selat Sunda Barat dan perairan selatan Pandeglang.
Baca juga: Cuaca Buruk Diharap Tidak Pengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Pandeglang
Pegawai Meteorologi dan Geofisika (PMG) Madya Stasiun Meteorologi Maritim Merak, Tatang Rusmana mengatakan, dalam tiga hari ke depan ketinggian gelombang diperkirakan berada di kisaran 1,25 hingga 2,5 meter. Selain gelombang, faktor angin menjadi perhatian utama. Tatang menjelaskan kecepatan angin diperkirakan mencapai 10 hingga 25 knot, kondisi yang berisiko bagi keselamatan nelayan.
“Perlu terus mengupdate informasi dari BMKG supaya lebih siap terhadap perubahan kondisi,” ujar Tatang.
Berdasarkan pemantauan BMKG, periode cuaca laut berisiko ini masih berlangsung dalam waktu dekat. Menurut Tatang secara klimatologis, bulan Desember merupakan periode rawan karena dipengaruhi angin baratan dan munculnya pusat-pusat tekanan rendah di wilayah selatan. Ia menegaskan belum dapat memastikan kapan kondisi laut kembali normal karena dinamika angin dan gelombang bersifat fluktuatif. (Ridwan Maulana)